Kerja sama politik antara PDI Perjuangan (PDIP) dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang di-launching pada Minggu (30/4) lalu menjadi babak baru perjalanan menuju Pemilu 2024. Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri (MSP) dan Plt Ketua Umum DPP PPP Muhammad Mardiono resmi bertemu setelah sama-sama mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) 2024.
Sejatinya kerja sama ini bukanlah hal baru, melainkan pengulangan sejarah dalam politik Indonesia, yakni koalisi Abang Ijo (BangJo) atau merah hijau. Jika menilik sejarah, kedua partai yang kantornya berbatas tembok ini memiliki rekam jejak kerja sama yang kental.
Senasib sepenanggungan di era Orde Baru menyebabkan BangJo bersatu, yakni ketika Pemilu 1997 lahir Mega-Bintang. MSP yang tidak terakomodir oleh PDI waktu itu menggerakkan mesin politik ke PPP yang kala itu berlambang bintang. Hasilnya cukup signifikan, PPP memperoleh 89 kursi pada pemilu 1997 naik dari Pemilu 1992 yang hanya mendapatkan 62 kursi.
Memasuki era reformasi, kerja sama politik kedua partai legendaris ini mencapai puncaknya ketika tahun 2001, MSP-Hamzah Haz menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Pun demikian, dalam sepuluh tahun terakhir kedua partai sama-sama berada dalam koalisi pemerintahan Joko Widodo.
Di sejumlah daerah koalisi kedua partai banyak memenangkan pilkada. Yang paling mudah diingat publik adalah Pilkada Jawa Tengah 2018, yakni memberangkatkan pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen Zubair. Ihwal pasangan ini terjadi beberapa saat menjelang pengumuman calon kepala daerah. Setelah digempur habis di Pilkada DKI 2017, PDIP tak mau ingin mengalami kekalahan di kandangnya sendiri di Jateng.
Meskipun punya kecukupan kursi untuk mengusung pasangan kader sendiri seperti pada Pilkada 2013, PDIP tetap membutuhkan koalisi untuk memperkuat dari sisi religius (baca: Islam). Maka pilihan menggandeng kalangan santri (baca: nahdliyin) merupakan keharusan. Maka, pilihan jatuh kepada anggota DPRD Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen Zubair, yang juga putra Ketua Majelis Syariah DPP PPP KH. Maimoen Zubair.
***
Ihwal kedekatan MSP dengan tokoh-tokoh PPP sempat disampaikannya pada pertemuan Minggu (30/4). Sebut saja, Hamzah Haz yang menjadi wakilnya saat 2001, Buya Ismail Hasan Metareum ketua Umum DPP PPP saat Mega-Bintang, Moedrick Sangidu tokoh Mega-Bintang serta KH. Maimoen Zubair ulama kharismatik PPP.
Menurut Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP M. Romahurmuziy, dalam pertemuan Minggu (30/4) itu, MSP mengingat kembali kenangan terakhir bertemu Mbah Moen. Seminggu sebelum berangkat ke Tanah Suci Makkah bulan Juli tahun 2019, Mbah Moen bersilaturahmi ke sejumlah tokoh di Jakarta, salah satunya MSP. Konon, silaturahmi ke sejumlah tokoh nasional ini selalu dilakukan Mbah Moen setiap ada kesempatan di Jakarta.
Saat bertemu MSP itu, Mbah Moen menitipkan PPP untuk dibantu. Kalimat intinya kira-kira begini, “PPP tolong dijaga biar selamat”. MSP saat itu bingung akan pesan tersebut, karena dirinya bukan kader PPP. Lalu MSP menelepon Hamzah Haz terkait pesan Mbah Moen itu. Dari Hamzah Haz lah, MSP mendapat tambahan informasi mengenai kondisi PPP.
Apa yang disampaikan MSP dalam pertemuan itu merupakan penegasan kembali dari yang pernah diceritakan politisi PDIP Aria Bima kepada penulis. Saat itu, Aria Bima bilang begini, “wis toh kang, ayo bareng-bareng, PDIP pasti bantu PPP karena itu yang selalu diingetkan Ibu sesuai pesan Mbah Moen”.
Hal ini juga pernah ditegaskan politisi PDIP Arif Wibowo dalam sebuah diskusi dengan penulis. Pesan Mbah Moen itu rupanya berbekas di hati MSP, sebab menjadi pesan terakhir yang diterima dari ulama kharismatik itu sebelum wafat.
***
Pada tahun 2019 saat berada di Makkah, penulis bersama istri dan Wakil Ketua Umum DPP PPP Ermalena, sempat sowan ke Mbah Moen. Saat asyik berbincang, Mbah Moen menyapa penulis dengan sebutan Kyai Madura-sebuah sebutan yang belum layak disematkan kepada penulis. Mbah Moen juga bercerita kalau sebelum ke Makkah sempat bertemu sejumlah tokoh termasuk MSP. Tapi Mbah Moen tidak menceritakan pembicaraan dengan MSP.
Dalam pertemuan sekitar dua jam itu, Mbah Moen berpesan tentang PPP. “Kyai Madura, saya bangga PPP masih besar di sana bahkan di Pamekasan menang. Saya ini masih ada darah Madura dari Klampis Bangkalan. Jadi teruslah berjuang di PPP ya, jaga dan selamatkan partai ini,” pesan beliau.
Lanjutnya, PPP harus tetap memegang prinsip amar ma’ruf nahi mungkar.
PPP harus menjadikan contoh bagi yang lain sebagai partai berazaskan Islam. Terakhir, beliau berpesan berpegang teguhlah pada ajaran Islam dan patuh serta tunduk pada hukum negara kesatuan republik Indonesia (baca: Peraturan Perundang-undangan).
Nah, bagi PPP untuk menitipkan politik amar ma’ruf nahi munkar dan politik keumatan tidak ada lain kecuali memegang kekuasaan. Bagi PPP, saat ini yang paling realistis adalah bergabung kepada pemenang pemilu. Setidaknya untuk Pemilu 2024, PPP harus menjadi bagian dari koalisi yang berpeluang besar memenangkan kontestasi. Teringat pesan Mbah Moen itulah, Pimpinan Sidang Rapimnas V PPP dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirohim memutuskan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024.
Penulis : Achmad Baidowi (Ketua DPP PPP/Sekretaris Fraksi PPP DPR RI)
*Artikel ini dimuat di detik.com