Oleh : Aunur Rofiq *
Jakarta – Setiap dari kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika kita sebagai kepala rumah tangga, maka yang kita pimpin adalah keluarga. Jika kita sebagai pemimpin negeri, maka yang kita pimpin adalah warga yang berada di negeri tersebut. Paling tidak kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Baik buruknya pribadi tergantung bagaimana kita dalam memimpin diri.
Seorang pemimpin itu adalah pelayan terhadap rakyat/warga yang dipimpinnya. Salah satu ciri pemimpin sejati ialah melayani. Ibarat pelayan pada suatu restoran yang selalu rela melayani semua pengunjung tanpa terkecuali. Yang memenuhi kebutuhan pengunjung satu per satu dengan sigap dan rendah hati. Yang senantiasa mendengarkan berbagai keluhan dan saran sehingga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Pelayanan kepada warganya yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. telah membuat hati Adi bin Hatim menancapkan keimanan. Dikisahkan, ia berjalan bersama Rasulullah Saw. Menuju rumah. Di tengah jalan ada seorang wanita lemah dan tua yang berjumpa dengan Rasulullah Saw. Wanita tua itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin berbicara denganmu! Adi berkata, Rasulullah Saw. berdiri lama menunggu wanita itu. Kala itulah aku berkata, “Demi Allah ini pasti bukan seorang raja!”
Tindakan tersebut betul-betul menunjukkan sebagai pemimpin yang melayani warganya. Hal ini susah kita temukan pada masa kini seorang pemimpin yang dengan sabar menanti seseorang yang ingin berbicara. Biasanya warga yang ada keperluan diminta hadir sebelumnya dan ada beberapa pembatasan.
Kisah ini berkaitan dengan semangat melayani warga, dikisahkan Amirul Mukminin Umar bin Khathab yang sangat dikenal di kalangan kaum muslim. Suatu malam, sebagaimana agenda rutinnya untuk turba -turun kebawah- khalifah Islam kedua itu berjalan menyusuri setiap lorong-lorong kota Madinah. Beliau mendengar tangis seorang anak yang kelaparan, tapi ibunya tidak memiliki sesuatu untuk dimakan. Dia terpaksa memasak batu untuk menghibur anak-anaknya sekadar menghentikan tangisannya. Sebagai pemimpin kaum Muslim, hati Umar bin Khathab merasa amat terpukul karena ada warganya yang tidak memiliki persediaan makanan sehingga anaknya menangis karena kelaparan. Maka, khalifah bergegas pergi mengambil bahan makanan dan mengantarkannya sendiri kepada keluarga janda yang sedang menderita. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, khalifah dengan senang hati bertindak menjadi pelayan ummat (khadimul ummah) dalam arti sebenar-benarnya.
Amirul Mukminin adalah sosok pemimpin yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Di antara ungkapan beliau yang terkenal adalah sayyidul qaumi khadimuhum (pemimpin kaum di antaranya diukur dari mutu pelayanannya). Bukan khadi’uhum (pandai menipu mereka). Bahkan, apabila ada salah seorang warganya yang mengeluhkan pola kepemimpinannya, beliau selalu bermuhasabah diri, hingga tidak bisa memejamkan mata semalam suntuk.
Adapun ciri-ciri atau karakter pemimpin yang suka melayani adalah :
1. Sebagai pemimpin pelayan, selalu menempatkan dirinya untuk bisa selalu membantu dan mendorong teamnya hingga mencapai kinerja tinggi.
2. Memberikan kewenangan sesuai dengan tingkatan, sehingga tidak semua hal harus melalui dirinya. Dengan demikian pemimpin telah menjadikan organisasi itu produktif yang mana di dalamnya ada kesiagaan kerja dan ketaatan.
3. Memiliki akhlak yang tinggi dan menunjukkan sikap penuh harapan ( optimis ).
Ihsan dalam kekuasaan merupakan perbuatan baik kepada rakyat dan menghilangkan keburukan dari mereka, membantu orang yang menderita, menolong orang yang terzalimi. Oleh karena itu orang-orang ( pemimpin ) yang adil berada diatas mimbar cahaya di sisi kanan Allah Swt.
Sebagaimana firman-Nya dalam surah Yusuf ayat 55 yang artinya, “Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”
Maksud ayat ini adalah, Yusuf meminta kepada raja supaya semua urusan yang berhubungan dengan perekonomian negara diserahkan kepadanya agar dia dapat mengaturnya dengan sebaik-baiknya guna menghindari bahaya kelaparan, walaupun musim kemarau amat panjang. Selanjutnya Yusuf mengetengahkan rencana jangka panjangnya.
Seorang penguasa ( pemimpin ) akan mendapat pahala atas segala kebaikan yang ia datangkan kepada rakyatnya, juga atas usahanya menolak semua kejahatan yang mengancam atau berpotensi mengancam rakyatnya. Dalam firman-Nya pada surah al-Baqarah ayat 220 yang artinya, “Tentang dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!” Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Akan lebih baik jika karakter seorang pemimpin pelayan juga berkarakter dan menjunjung amanah yang teguh, adil serta lemah lembut pada rakyat. Bersih tidak terlibat manipulasi maupun korupsi adalah syarat mutlak. Semoga Allah Swt. memberikan pemimpin negeri ini seorang pelayan dan bersih, berakhlak mulia serta lebih mementingan rakyatnya daripada dirinya, keluarga dan golongannya.
* Ketua DPP PPP periode 2020-2025
* Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Opini ini dimuat di detik.com