Home BERITA Fraksi PPP Setuju Konversi Kompor Gas ke Listrik Ditunda

Fraksi PPP Setuju Konversi Kompor Gas ke Listrik Ditunda

SekretarIS Fraksi PPP DPR RI Achmad Baidowi (Foto : Istimewa)

Jakarta – Penundaan program konversi kompor gas ke listrik disambut baik oleh sejumlah kalangan masyarakat. Pasalnya, program tersebut dianggap kurang adil bagi masyarakat menengah ke bawah yang aliran listriknya masih di bawah 900VA.

Menurut Sekretaris Fraksi PPP DPR RI, Achmad Baidowi, penundaan yang program konversi kompor gas ke listrik yang dilakukan pemerintah sudah sangat tepat. Namun, jika program tersebut dijalankan nanti maka pemerintah tidak boleh memberatkan rakyat.

“Kalau pemerintah hari ini menunda ya kami sepakat, terus apakah kami tidak setuju kompor listrik? Kami setuju. Demi perbaikan lingkungan kita, blue energy kita kembangkan kita setuju, high energy yang ramah lingkungan kita setuju. Masalahnya, jangan sampai memberatkan kepada masyarakat,” kata Achmad Baidowi, Senayan, Selasa (27/9).

Lanjut Awiek, sapaan akrabnya, pemerintah harus melihat infrastruktur kompor listrik yang mampu menelan uang negara cukup besar. Pun soal tidak tidak samanya daya listrik masyarakat di kelas atas, menengah, dan bawah.

“Ya itu dia, lihat infrastrukturnya kompor listrik kan mahal itu. Daya listriknya di setiap masyarakat itu tidak sama. Kalau kami misalkan di RJA itu 1.300 aman saja, tapi bagaimana di kampung? Dayanya 450VA, listriknya dialirkan ke 3 KK? Setengah kompor listrik saja itu, enggak nyala itu,” tuturnya.

“Jadi, selain kompornya mahal, kemampuan daya listriknya itu harus benar-benar terjamin,” tambahnya.

Anggota Komisi VI DPR RI ini mengatakan kebijakan konversi kompor gas ke listrik ini tidak boleh membebani ekonomi masyarakat dan pemerintah harus mencarikan spesifikasi kompor listrik yang murah dan hemat energi.

“Ya kira-kira kalau listriknya itu enggak terlalu banyak nyedot lah. Yang kedua, keberadaan kompornya sendiri, barangnya itu bisa didapatkan dengan mudah dan murah. Didapatkan dengan mudah tapi mahal? Ya kan hanya orang-orang tertentu,” katanya.

“Kalau di kampung-kampung? Apalagi kami di konstituen di desa itu yang fakta hari ini banyak yang pakai kayu bakar, boro-boro pindah ke kompor listrik, orang masih pake kayu bakar. Kompor gas saja belum, terus ke listrik ini kan pasti berat,” tutupnya.

Exit mobile version