Jakarta – Anggota DPR RI Fraksi PPP Illiza Sa’aduddin Djamal menyebut tidak terpuji guru yang memotong rambut siswi kerana tidak memakai ciput. Kejadian itu di SMP Negeri 1 Sukodadi, Lamongan.
“Mendidik memang tidak mudah, tetapi sebagai pendidik, seorang guru seharusnya bisa lebih menahan diri, tidak memakai ciput bukanlah suatu pelanggaran itu hanya sebuah mode dan pelengkap dalam berhijab,” jelas Illiza, Rabu (30/8/2023).
Dikatakan Illiza, berhijab merupakan sebuah kewajiban, adapun mengenakan Ciput itu bagian dari pelengkap dan penyempurna hijab agar rambut bagian depan tidak terlihat. Maka dari itu, mungkin ke 14 siswi ini terlihat rambutnya.
“Apapun alasannya tindakan seperti itu tentu tidak dibenarkan dalam pendidikan. Sebaiknya mereka diberikan peringatan terlebih dahulu, kemudian diedukasi bagaimana mengenakan hijab yang benar dan tentu saja tidak mengedepankan emosi semata,” jelas Politisi PPP asal Aceh ini.
Harusnya pihak pemerintah dan Sekolah dapat menciptakan dan menumbuhkan Sekolah aman dan inklusif untuk mendukung terwujudnya pendidikan berkualitas.
Dalam rangka mendidik karakter baik anak didik, para guru juga harus mendapatkan pelatihan karakter dan etika mulia. Pemerintah perlu memperhatikan kinerja dan mutu karakter guru pengajar.
“Kami menilai pemerintah juga untuk menjadi sikap dan tingkah laku guru selaku pendidik akhlak mulia harus menjadi indikator penilaian para guru.
Bila karakter murid menjadi tujuan penting pendidikan kita, maka penilaian terhadap karakter guru jauh lebih penting dalam dunia pendidikan,” tegasnya.
Menurut Ketua DPP PPP ini, karakter yang baik akan diajarkan dengan keteladanan dari para guru. Jadi kejadian seperti ini harus menjadi ibrah bagi para pendidik lain terkhusus dilingkungan sekolah agama yang membawa pendidikan islami yang penuh keteladanan moral
“Bila di Perguruan Tinggi ada Permendikbudristek no 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dan menimbulkan Satgas, maka Pusat juga harus mengintervensi satuan pendidikan dengan membuat satgas terkait perundungan,” ungkap dia.
Illiza berharap kepada guru di seluruh Indonesia agar kembali mengedepankan aspek persuasif dalam melakukan pendidikan, dengan kelembutan hati serta kesabaran.
“Insya Allah jika pendekatan yang baik maka pendidikan moral dan karakter akan tercapai dan dapat diserap oleh para generasi bangsa,” katanya.
“Hal yang tak kalah penting adalah memberikan pemahaman bagi masyarakat dan ekosistem sekolah dapat memahami dan mengerti definisi dari perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi sebagai bagian dari upaya pencegahannya, “tandasnya.