Jakarta – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diyakini masih memiliki basis sosial yang kuat pada Pemilu 2024. Hal itu dinilai menjadi modal bagi PPP untuk bisa lolos ke parlemen.
Diketahui, hasil survei Puspoll Indonesia pada 11-18 Desember 2023 menunjukkan elektabilitas PPP mencapai 4,1%. Angka ini naik dua kali lipat dibanding survei Puspoll tahun lalu yang hanya memperoleh 2%. Kondisi ini tentu menjadi kabar menggembirakan bagi kader parpol berlambang Ka’bah itu.
Guru Besar Pemikiran Politik Islam IAIN Madura, Zainudin Syarif mengungkapkan salah satu modal yang dimiliki PPP adalah konsistensi partai dalam mengawal isu-isu keumatan. PPP menurutnya mampu mengakomodir aspirasi Islam tradisional – kultural yang cenderung fanatik dan mempertahankan simbol-simbol keagamaan. Misalnya dengan menggelar kegiatan nuansa keagamaan seperti tahfiz al-Qur’an, lmla kitab kuning dan lainnya.
“Basis kultural tradisional ini menjadi kekuatan PPP dalam beberapa kali pemilu,” kata Zainudin Syarif, Rabu (3/1/2024).
Doktor Politik Islam lulusan UIN Sunan Ampel Surabaya ini menjelaskan sejauh ini basis-basis pesantren PPP memiliki akar yang kuat. Sebut saja Ponpes Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan, Ponpes Al Anwar Sarang Rembang, Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, Ponpes Miftahul Huda, Manonjaya Tasikmalaya, Ponpes Brani Probolinggo dan sejumlah ponpes lainnya.
Basis sosial yang kuat tersebut, kata dia, harus berjalan seiring dengan langkah adaptif menghadapi dinamika politik di lapangan. Misalnya saja tokoh-tokoh lama PPP yang masih istikamah, namun pada saat yang sama muncul tokoh-tokoh baru ke publik.
“Guna memperkuat elektabilitas, PPP juga perlu menerapkan strategi RAR (Rangkul, Ayomi dan Rawat) dan membangun kanal baru sebagai kekuatan politik yang menyentuh semua sasaran lapisan masyarakat (catch all party). Kanal baru adalah dengan merangkul kelompok muslim muda dan modernis,” jelas Zainudin.
Sementara itu, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai PPP mampu mencapai target minimal 4,5% suara nasional. Hal ini karena PPP memiliki pengalaman, serta didukung sumber daya yang memadai.
“PPP hampir bisa dipastikan lolos parlemen. Sebagai partai Islam paling tua tentu PPP punya resource dan sumber daya politik memadai,” jelas Adi.
Ia juga melihat PPP punya pemilih loyal yang tak akan mudah pindah ke partai lain. Hal ini mempermudah kerja-kerja elektoral PPP khususnya menjelang pencoblosan pada 14 Februari 2024 mendatang.
“Faktor partai islam dan pemilih loyal kalangan tradisional islam menjadi variabel penting dari PPP,” tambah Adi.
Ia pun meminta kader dan pengurus PPP untuk memaksimalkan seluruh potensi yang ada untuk mencapai target suara yang diinginkan. Adapun caranya dengan kerja keras, terukur, dan akurat.
Tak cuma itu, menurutnya para kader dan pengurus partai juga harus dapat menyentuh semua basis yang saat ini dimiliki, dengan tetap melihat potensi ceruk pemilih baru yang memang masih terbuka bagi PPP.
“Harus kerja keras, terukur, dan akurat. Turun langsung ke basis pemilih tanpa jeda,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Pengamat Sosial Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Mohtazul Farid yang menyebut PPP merupakan satu-satunya partai Islam dan tertua di Indonesia. Tak heran jika kemudian PPP memiliki akar pemilih yang kuat di Indonesia.
“PPP ini adalah Islam tertua di Indonesia yang memiliki jaringan pemilih kultur dan akar rumput yang kokoh,” kata Farid.
Ditambah lagi, lanjut dia, PPP memiliki jaringan kiai, santri, dan pesantren yang konsisten membesarkan partai berlambang Ka’bah tersebut.
“Menurut saya, PPP sebagai partai senior dan bersejarah, tidak mudah dikalahkan secara politik di parlemen. Sekalipun belum bisa besar berkembang dan berada di urutan teratas pada pemilu, PPP tetap susah dikalahkan dengan tanda kutip tidak masuk parliamentary threshold,” jelas dia.
Partai Islam, Logo Ka’bah dan Anak Muda
Survei yang dirilis Puspoll Indonesia menunjukkan terdapat 2 ciri khas yang menonjol bagi PPP, yakni Partai Islam dan lambang ka’bah yang mencapai 50,7%. Selanjutnya identitas sebagai partai lama, warna hijau dan partai politik mencapai 14,9%. Gabungan dari lima identitas tersebut mencapai 65,6%, yang artinya identitas kepartaian lebih menonjol dibanding figur.
Direktur Eksekutif Puspoll Indonesia Muslimin Tanja mengatakan fakta ini merepresentasikan kekuatan PPP ada pada institusi kepartaiannya. Karena itulah, bagi PPP melakukan branding identitas kepartaiannya lebih diutamakan dibanding menjual figurnya.
“Untuk saat ini, pilihan yang paling realistis bagi PPP adalah mengampanyekan diri sebagai partai Islam dan logo ka’bah guna mengikat pemilih tradisionalis,” kata Muslimin ditemui usai rilis hasil survey Puspoll Indonesia beberapa waktu lalu.
Hal lain yang perlu diperhatikan, yakni antisipasi terhadap menguatnya pemilih dari kalangan anak muda. Menurutnya PPP harus bisa merespons perubahan demografi politik di masa mendatang.
Dia pun menyarankan agar kehadiran sosok Sandiaga Salahudin Uno dapat dimaksimalkan PPP guna menggarap ceruk pemilih baru. Sebab berdasarkan survei asosiasi PPP dengan Sandiaga Uno mendapatkan angka 2,4%.
“Sebagai tambahan kekuatan elektabilitas, kehadiran Sandiaga Uno harus dimaksimalkan oleh PPP untuk dapat meraih simpati publik. Modal elektabilitas Sandiaga Uno harus mampu dikonversi menjadi tambahan suara buat PPP,” tutur Muslimin.
Jika langkah politik memadukan kekuatan lama dan kekuatan baru tersebut dapat berjalan seiring, bukan mustahil jika PPP mengalami lonjakan elektabilitas. Selain itu, konflik menjelang Pemilu 2024 harus dihindari oleh PPP.