Jakarta – Relawan Rumah Sandiuno Indonesia mengklaim duet Ganjar Pranowo-Sandiaga Uno bisa mendulang suara besar dalam kontestasi Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024. “Beberapa daerah seperti Jawa Barat, Benten, Sumatera yang dikenal sebagai kelemahan PDIP dapat ditutup oleh Sandiaga,” kata Ketua DPN Rumah Sandiuno Indonesia, Sanny Irsan melalui keterangan tertulis, Kamis, 12 Oktober 2023.
Rumah Sandiuno merupakan organisasi relawan yang terbentuk sejak 2018. Kala itu, relawan ini disiapkan untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
Sanny mengatakan, Sandiaga Uno juga diklaim memiliki banyak undecided votters pemilih mengambang di kalangan millenials, emak-emak, pecinta olahraga, dan komunitas UMKM. “Bila pasangan ini (Ganjar-Sandi) tampil di Pilpres 2024 maka akan sangat menarik, bertenaga, dan membuat para relawan dan jaringan tim pemenangan bersemangat dalam memenangkan pasangan ini,” kata Sanny.
Kendati begitu, Sanny mengatakan, pihaknya akan menunggu dan menghargai keputusan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Terlebih, keputusan pendamping Ganjar pastinya bakal dibicarakan juga dengan partai-partai pengusung lainnya. “Kita tunggu bagaimana hasil keputusan dari Ibu Megawati dan juga para Ketua Umum partai politik pengusung GP, apakah akan memasangkan GP dengan Sandi atau dengan dengan yang lain,” kata Sanny.
Hingga menjelang pendaftaran capres dan cawapres di KPU pada 19-25 Oktober 2023, koalisi pendukung Ganjar Pranowo belum mengumumkan calon wakil presiden untuk Pilpres 2024. Beberapa nama yang sempat diisukan menjadi calon wakil presiden Ganjar Pranowo adalah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sekaligus politikus PPP, Sandiaga Uno.
Plt Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono mengatakan para ketua umum di koalisinya tidak memiliki ego sektoral. Keputusan memilih bakal calon wakil presiden, Ganjar Pranowo landasannya bisa menambah elektoral kemenangan. “Kami tidak dilandasi ego sektoral, pragmatisme, tidak sama sekali,” ujar Mardiono.